Good

Sabtu, 19 September 2015

PUISI

A. PENGERTIAN PUISI
Puisi adalah karya sastra hasil ungkapan pemikiran dan perasaan manusia yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh dengan makna. Puisi mengutamakan bunyi, bentuk dan juga makna yang hendak disampaikan.


B. UNSUR – UNSUR PUISI
Suatu puisi dibangun berdasarkan 2 unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik :
1. Unsur Intrinsik Puisi
Secara umum, unsur Intrinsik Puisi dibagi menjadi 7, yaitu :
a. Unsur Tema
Tema adalah gagasan pokok atau ide yang menjadi dasar suatu puisi. Setiap puisi mempunyai banyak hal yang dibahas, namun pasti memiliki satu topik utama dari pembahasan tersebut. Nah Topik Utama itulah yang disebut Tema.
b. Unsur Suasana (Latar)
Suasana adalah unsur pemikiran dan perasaan penyair yang mampu membuat suatu suasana terhadap pembaca atau pendengar setelah membaca atau mendengar suatu puisi. Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan kepada pembaca atau pendengar. Suasana yang ditimbulkan bisa gembira, sedih, terharu, dll. Semakin tersampaikannya suasana tersebut kepada pembaca atau pendengar, maka semakin bagus puisi tersebut.
c. Unsur Imaji
Imaji merupakan gambaran yang ditimbulkan ketika membaca puisi tersebut. Gambaran yang dimaksud bisa menyentuh pembaca atau pendengar melalui indra manusia, pendengaran, penglihatan, perabaan, dll. Tujuan adanya Imaji adalah agar pembaca atau pendengar mampu memahami dan benar – benar mengerti makna dari puisi tersebut. Imaji biasanya dikategorikan kepada beberapa Citraan, yaitu :
  • Citraan Penglihatan
  • Citraan Pendengaran
  • Cintraan Perabaan
  • Citraan Penciuman
  • Citraan Pengecapan
  • Citraan Gerak
  • Citraan Perasaan
  • Citraan Intelektual

 d. Unsur Simbol (Lambang)
Simbol atau lambang merupakan unsur puisi yang menyatakan bahwa kata – kata dalam puisi bisa saja merupakan suatu lambang untuk maksud dan tujuan yang lain. Contohnya “Hati yang Terbuat Dari Baja”, kata “Baja” dalam baris puisi tersebut bisa melambangkan atau menjadi simbol kekuatan yang sulit untuk dipecahkan.
e. Unsur Musikalitas Puisi (Nada/Bunyi)
Sebuah puisi disusun atas kata – kata tertentu yang penuh makna dan juga indah untuk didengar. Kata – kata tersebut berfungsi terhadap keseluruhan makna yang terdapat dalam puisinya. Musikalitas Puisi yang dimaksud adalah penyusunan kata – kata yang bermakna, indah, dan juga menarik didengar bunyinya sehingga menarik bagi pembaca atau pendengar puisi tersebut.

f. Unsur Gaya Bahasa
Dasar dari suatu susunan puisi adalah bahasanya. Setiap Penyair memiliki gaya bahasa yang berbeda – beda, gaya bahasa ini menjadi pilihan penyair sesuai dengan pikiran dan perasaan saat membuat puisi tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan perbedaan pemilihan kata pada puisi, diantaranya adalah bedanya zaman, pengalaman hidup penyair, perbedaan tempat budaya, dll.
g. Unsur Amanat
Seperti yang telah saya jelaskan diatas, setiap puisi memiliki makna tertentu. Oleh karena itu puisi yang baik memiliki amanat yang hendak disampaikan. Amanat merupakan pesan dari penyair kepada pembaca atau pendengar setelah memahami tema, makna, bunyi, dan makna dalam puisi tersebut. Amanat dalam suatu puisi biasanya disampaikan secara tersirat, jadi kita harus memahami puisi tersebut dengan benar untuk mendapatkan amanat penyair tersebut.
2. Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik adalah unsur pada penyair yang tidak berhubungan secara langsung dengan puisi tersebut. Artinya unsur ekstriksi adalah unsur luar puisi, diantaranya adalah :
  • Keadaan Sosial Penyair
  • Lingkungan Penyair
  • Profesi Penyair
  • Pengalaman Penyair
  • Kondisi Ekonomi Penyair
  • Peran Penyair dalam Masyarakat
  • Dll.

C. CIRI – CIRI PUISI
Pada prinsipnya Unsur dan Ciri puisi tidak jauh berbeda, namun secara umum puisi memiliki ciri – ciri sederhana sebagai berikut.
1. Pola Bunyi (rima)
Pola Bunyi atau Rima adalah penataan bunyi dari kata – kata yang menyusun puisi tersebut. Penataan bunyi tersebut dapat dilihat dari setiap baris juga bisa diamati dari berberapa baris dalam satu bait. Penataan Bunyi Puisi bisa dilakukan secara sengaja oleh penyair dan bisa juga tertata secara kebetulan.
2. Irama (Ritme)
Irama bisa diartikan sebagai pergantian, keras lembut, lambat cepat, panjang pendek, atau tinggi rendahnya pengucapan kata dalam puisi. Irama digunakan untuk memperindah puisi sehingga nilai puisi tersebut baik. Irama dapat mempengaruhi ketertarikan pembaca atau pendengar terhadap puisi.
3. Diksi (Pemilihan Kata)
Puisi memiliki pemilihan kata yang khas, kata – kata dalam puisi tidak sama dengan yang dipakai sehari – hari. Penyair biasanya memilih susunan kata yang indah, enak didengar, dan juga memiliki makna yang mendalam sehingga pembaca atau pendengar dapat menikmati puisi tersebut. 

D. Jenis dan Contoh Puisi Lama

a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
 Contoh :
 Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh :
 Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh :
 Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

d) Seloka adalah pantun berkait.
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
 Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
 Contoh :
 Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar